Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia. Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada awal perkembangannya, sehingga baru terdeteksi dan diobati setelah mencapai stadium lanjut.
Apa reaksi Anda bila mendengar teman dekat atau saudara dekat yang divonis kanker? Pasti kaget. Namun bagaimana kalau vonis itu menimpa diri Anda sendiri?
Suspect carcinoma papillary thyroid.
Hampir tidak percaya ketika membaca hasil biopsi atas benjolan di leher saya. Namun itu adalah sebuah kenyataan yang harus saya diterima bahwa saya divonis kanker di usia 42. Dokter menyarankan untuk segera melakukan operasi kanker tiroid. 8 Februari 2017 menjadi hari yang tidak pernah saya lupakan.
Ketika saya menjalani operasi dan merenung di dalam kamar rumah sakit, saya teringat akan survey yang menyatakan bahwa potensi seseorang terkena sakit kritis adalah 70% di masa hidupnya. Hanya saja kita tidak tahu kapan dan di usia berapa akan terjadi.
Meskipun saya sudah berkecimpung dalam dunia asuransi sejak tahun 2004, dan cukup banyak melayani nasabah yang melsayakan klaim sakit kritis, tidak pernah terbersit sedikitpun bahwa saya pun bisa mengalami sakit kritis dalam usia yang relatif muda.
Saya bekerja di dunia asuransi dan saya sendiri membeli polis asuransi yang memiliki manfaat perlindungan sakit kritis sampai usia 85. Sebenarnya ada pilihan usia dalam polis apakah mau ditanggungkan sampai usia 55 tahun, 65 tahun, 75 tahun atau 85 tahun. Tentu saja saya memilih usia pertanggungan sampai usia 85 dengan pemikiran barangkali saya akan mengalami sakit kritis di usia tua nanti.
Hari-hari berjalan seperti melayang dan sebagai orang introvert, banyak pemikiran yang muncul dalam benak saya.
“
Kok saya yang kena sih?
Apa penyebabnya? Saya tanyakan ke dokter, penyebab kanker tiroid itu tidak diketahui.
Apakah saya bisa sembuh?
Apakah saya harus mengalami kehidupan seperti penderita kanker lainnya yang harus kemoterapi, botak, kurus lalu mati perlahan?
Saya melihat anak-anak saya yang berusia 14 tahun dan 11 tahun saat itu dan saya berpikir apakah saya masih bisa diberikan kesempatan untuk melihat mereka dewasa?
Suatu malam sebelum tidur suami saya menggenggam tangan saya dan berbisik “I still want to live long with you”.
Ah, rupanya inilah rasanya ketika seseorang divonis kanker. Bukan hanya pusing memikirkan tentang pengobatan, namun beban mental dan pikiran yang menghantui ternyata lebih jauh menyeramkan.
Selama ini saya sudah cukup banyak mendampingi nasabah untuk mengurus klaim asuransi sakit kritis. Ada yang terkena kanker, gagal ginjal, serangan jantung dan sebagai agen asuransi. Sekalipun saya selalu berusaha menunjukkan rasa empati kepada nasabah, namun saya tidak benar-benar memahami pergumulan nasabah yang terkena sakit kritis, sampai saya sendiri pun mengalaminya.
Setelah mencari-cari informasi dokter terbaik untuk melakukan bedah operasi kanker tiroid ini, atas rekomendasi teman akhirnya saya memutuskan untuk melakukan operasi di RS MCC Kuningan pada tanggal 18 Februari 2017.
Hari operasi itu tiba, suster mendorong ranjang ke ruang operasi dan saya harus siap dengan apapun yang akan terjadi. Suami dan beberapa teman dekat ikut menghantar sampai ke depan pintu operasi. Lampu operasi terasa silau, beberapa tenaga medis dalam baju hijau mengelilingi saya. Suster bertanya “Ibu Miliana, berapa tinggi dan berat badannya?” Setelah saya menjawab ternyata saya sudah tidak sadar karena bius total.
Ketika saya bangun, saya melihat suami di sisi saya dan berkata bahwa operasi sudah berjalan selama 4 jam lebih dan dokter mengatakan bahwa operasi sudah berjalan dengan baik. Tiroid kanan saya dipotong sehingga saya hanya memiliki tiroid di kiri saja.
Kebaikan Tuhan akan kesempatan hidup dan sehat kembali tidak akan pernah saya lupakan.
Saya masih terlalu lemah untuk berbicara dan merasa rasa sakit ketika menelan yang diakibatkan sayatan melebar di leher depan. Leher saya ditutup perban dan untuk 1 minggu saya tidak boleh keramas supaya luka operasi tidak basah.
Tuhan selalu punya cara untuk menolong hamba-Nya
Puji Tuhan saya terus panjatkan, betapa baiknya Tuhan kepada saya karena telah memberikan kesempatan untuk sembuh dan melanjutkan hidup bersama keluarga dan orang tersayang. Namun, kebaikan Tuhan tidak hanya sampai disitu. Tuhan menolong saya melalui Asuransi.
Seluruh biaya rawat inap dan operasi di rumah sakit dibayarkan sepenuhnya oleh asuransi. Jika selama ini saya mengurus klaim asuransi, sekarang sayalah yang mengalami sendiri manfaat dari asuransi yang saya beli.
Minggu berikutnya saya kembali bertemu dokter dan hasil Patologi Anatomi post operasi sudah keluar dan saya terkonfirmasi mengalami kanker tiroid stadium 2.
Bersyukur masih stadium 2 sehingga kanker tersebut bisa disembuhkan melalui operasi saja. Tidak perlu ada perawatan seperti radiasi atau pun lainnya. Obat-obatan hormon tiroid saja yang tetap perlu saya minum untuk seumur hidup.
Saya mengurus dokumen klaim untuk manfaat santunan sakit kritis yang ada di polis. Semua persyaratan polis sudah terpenuhi dan pada tanggal 6 April 2017 terbayarlah sejumlah uang sakit kritis ke rekening saya. Boleh saya katakan bahwa klaim terbesar yang saya pernah tangani sebagai seorang agen adalah klaim sakit kritis atas diri saya sendiri.
Ketika saya menandatangani polis asuransi yang saya beli, saya tidak pernah berpikir saya akan mendapatkan uang ini dalam waktu sedemikian cepat.
Sekarang saya semakin mengerti bahwa resiko sakit kritis benar-benar bisa menimpa siapa saja dan usia berapapun juga.
Saya mengalami keajaiban dari asuransi sakit kritis yang saya rangkum menjadi 3 hal:
- Memberikan ketenangan pikiran secara finansial. Ketika saya harus fokus untuk penyembuhan pasca operasi kanker ini, saya tidak bisa bekerja secara produktif untuk sementara waktu. Namun saya tidak kuatir perihal income karena uang sakit kritis tersebut sudah bisa meng-cover 5x annual income saya.
- Membuat saya bebas hutang. Saat itu saya memilki 2 buah KPR bank yang sedang berjalan dimana saya melakukan pembelian ruko untuk investasi. Sedianya cicilan KPR ini masih terus berlanjut hingga 8 tahun lagi, namun dengan adanya uang santunan sakit kritis, saya dimampukan untuk melunasi semua hutang KPR. Dalam sekejap, saya menjadi bebas hutang. Hal ajaib bukan?
- Melindungi impian masa depan. Sebagai orang tua, saya memiliki impian agar bisa memberikan kesempatan kuliah anak di luar negeri. Dengan adanya uang asuransi sakit kritis ini, kepastian dana untuk dana kuliah anak saya sudah tersedia. Insurance is a dream keeper.
Saya bersyukur bisa sembuh dari kanker tiroid. Mungkin tidak banyak orang bisa seberuntung saya dan biaya pengobatan kanker saya tidak besar sampai miliaran. Itulah sebabnya uang asuransi sakit kritis yang saya terima saya gunakan untuk 3 hal di atas. Banyak di antara nasabah saya yang setelah terkena sakit kritis seperti kanker, mereka tidak bisa lagi kembali bekerja secara produktif dan banyak juga yang berakhir pada kematian.
Bila Anda memiliki asuransi, periksa kembali apakah ada asuransi sakit kritis di dalamnya. Berapa besar jumlahnya dan apakah jumlah tersebut sudah cukup untuk biaya pengobatan? Apakah cukup untuk menopang biaya hidup keluarga? Apakah cukup untuk membayar gaji karyawan Anda? Apakah cukup untuk membayar tanggung jawab usaha Anda? Apakah bisa menggantikan keuntungan yang terhilang (loss of income)?
Panduan sederhana untuk menentukan berapa jumlah asuransi sakit kritis adalah sebagai berikut:
Jumlah asuransi sakit kritis= biaya pengobatan + (5x Income tahunan).
Sebagai contoh :
Jadi jika seseorang memiliki income 300juta/tahun
Asumsi biaya pengobatan sebesar minimal 500juta
Jumlah asuransi sakit kritis = 500juta + (5x 300juta) = 2 Milyar
Diharapkan dana 2 Milyar ini cukup untuk memenuhi biaya pengobatan dan menopang finansial keluarga selama 5 tahun kedepan.
Kapan hujan akan datang tidak dapat diduga namun pada saat hujan datang, apakah Anda sudah memiliki payung yang cukup besar untuk melindungi keluarga Anda secara finansial?